panorama petung sewu malang

MELARIKAN DIRI KE CANGAR DI BULAN PUASA

Pertengah bulan puasa tahun 2023 lalu, saya diajak oleh salah satu teman SMA hiling ke Cangar, tepatnya di daerah Pacet, Mojokerto. 

Ditengah bulan puasa motoran ke Cangar yakin lo? Ya yakin laa, sebagai anak yang gas aja kalo diajak main pastinya saya akan iyakan ajakan tersebut *hehe, dan inilah sedikit cerita pelarian singkat saya bersama teman perjalanan saat bulan puasa yang penuh dengan hal random, kocak dan absurd. Silahkan dibaca….

Setelah mengkontak tempat penyewaan motor dan membuat list tempat tujuan. Kami berdua memulai trip ini sekitar jam setengah 11 siang hari. Kenapa? terlalu siang ya? iya soalnya motornya baru bisa diambil jam 10 *hiks. 

Oke, tanpa berlama-lama kami langsung tancap gas. Jalur menuju Cangar dari Malang sebetulnya tidak terlalu susah, cuma jalanan lurus-lurus aja dan tidak terlalu banyak belokan yang membingungkan. Tapi, saat sudah masuk daerah kawasan (TAHURA) Taman Hutan Raya Raden Soerjo semua berubah 180°. Kek gimana tu maksudnya? lanjut aja ya bacanya..

Senam Jantung di Tahura Raden Soerjo

Waktu tempuh Kota Malang-Cangar itu kurang lebih 1 jam-an. Tidak terlalu capek dan letih, karena udara dingin dan view cantik selama perjalanan membuat motoran kali ini tidak terasa sama sekali, walaupun sedang puasa. 

Setelah sampai di gerbang selamat datang kawasan hutan yang saya sebut tadi, hal indah berubah menjadi hal suram. Jalanan yang awalnya lurus dan mulus berubah jadi jalur yang penuh belokan, tanjakan, turunan dan beberapa kontur yang hancur. Haduh kok gini si? apa mungkin kami belum terbiasa aja yaa..

Bersyukur untungnya jadi sewa motor jenis tipe ini, kalau gak keknya bisa-bisanya mogok di tengah jalan karena kepanasan. Jalur pacet yang mana membelah bukit ini benar-benar wow menurut saya. Kondisi jalanan sepi, jalur yang bikin istigfar terus dan cuaca yang tiba-tiba saja berkabut membuat perjalanan ini jadi serasa di planet lain, tapi seru. 

Ada kejadian menegangkan tapi jujur lucu karena kebodohan saya sendiri. Di salah satu turunan di jembatan merah yang cukup curam, dengan bodohnya saya tancap gas sampai membuat motor hampir kehilangan kendali. Sialnya lagi disini saya baru sadar bahwa rem motor ini tidak terlalu pakem. Tapi untungnya kondisi jalanan yang sepi dan saya bisa mengambil kendali dengan cepat.

Duh gak kebayang kalau saja hal buruk beneran terjadi saat itu. Tapi yaudalah ya, sudah terjadi aanggap sajalah sedikit senam jantung sebelum menikmati view cantik ehehe. Btw semoga teman perjalanan yang saya bonceng saat itu gk trauma sih.

Setelah berjuang melewati jalanan yang cukup bikin senam jantung, akhirnya kami sampai di destinasi pertama, yeay happy!

Panorama Petung Sewu

Destinasi wisata pertama yang kami kunjungi adalah WPPS alias Wisata Panorama Petung Sewu. Untuk masuk lokasi ini kami harus membayar tiket 10k/orang dan 2k/motor untuk parkir. Tanpa pikir panjang, setelah urusan admin kami langsung masuk dengan girang dengan tujuan untuk melihat panorama berbukitan yang hijau.

Jeng jeng jeng…

Niat hati melihat yang ijo-ijo, ternyata yang kami dapatkan malah grey screen, alias berkabut hueee sedi banget. Ya, karena ini sedang musim hujan ditambah kami datang terlalu siang pemandangan sudah tertutup kabut tebal. Hemmm baiklah salah juga si dateng jam segini, karen menurut penuturan petugas di sana emang paling pas waktunya pagi kalo kesini. Yaudahlah ya karena udah sampe juga disini kami nikmati saja pemandangan greyscreen ini huhuhu.

Berharap kabut kan menghilang perlahan, kami putuskan untuk duduk sambil beristirahat dan menunggu kabut sedikit beranjak. Selagi menunggu kami juga mencoba mengeskplor. Buat orang yang suka foto-foto menurut saya tempat wisata ini sangatlah cocok karena terdapat beberapa spot foto estetik untuk dicoba. Namun sayangnya terdapat beberapa fasilitas yang sudah mulai usang dan bahkan rusak, yang pastinya akan berpengaruh terhadap keselamatan dan kenyaman pengunjung *semoga sekarang sudah dibenahi ya.

Benar aja kira2 setengah jam kami menunggu kabut mulai menghilang walaupun sedikit demi sedikit. Saat kabut mulai beranjak, seketika mata kami berdua dimanjakan dengan pemandangan yang kami nanti-nantikan. Deretan perbukitan yang hijau dan asri, diitambah terlihat di ujung sana ada air terjun di tengah bukit semakin mempercantik panorama yang memanjakan mata kami berdua.

Baiklah gak sia-sia banget deh jauh-jauh kesini dan nunggu setengah jam.

Setelah puas menikmati pemandangan dan dokumentasi tentunya, kami melanjutkan ke destinasi berikutnya yaitu Coban Watu Lumpang lalu dilanjutkan ke Coban Watu Ondo. Oiya kami memilih 3 destinasi ini karena ketiganya berada di jalur yang searah jadi sangat worth it untuk dicoba. 

Eits, tapi sebelum kami sampai di Coban Watu Lumpang. Ada hal kocak yang terjadi. Jika dilihat di Gmaps, jalur yang kami lintasi antara WPPS dan Coban Watu Lumpang terdapat spot bernama wisata monyet. Iya monyet. Tertarik untuk berinteraksi dan bikin konten, kami berdua berhenti sejenak di tepi jalan dan langsung bikin video singkat disana (masi di atas motor kok ini dan mesin gak mati).

Sedang asik dokumentasi dan tertawa, tiba-tiba ada sekitar 4 monyet yang tidak terduga turun dari atas pohon lalu mencoba untuk mengejar kami. Sontak melihat empat monyet tersebut berupaya menghampiri secara agresif seolah melihat makanan, kami langsung tancap gas kencang. Sumpa kami sangat kaget dan ini beneran serem banget weh. Sialnya kami berdua malah di ketawain sama couple yang ternyata dari tadi berhenti tidak jauh di depan yang memperhatikan kami berdua saat sedang videoin monyet.

Tak jauh dari tempat dikejar monyet, dengan jantung yang masih berpacu hebatnya, kami sampai di gerbang masuk Coban Watu Lumpang. Dan kabar buruknya, ternyata coban ini tutup *huee monangis. Tanpa pikir panjang kami bergeser ke destinasi berikutnya alias sebelahnya yaitu Coban Ondo.

Eng ing eng.. dan kabar buruk datang lagi, Coban Ondo juga tutup. Hadoehhhh gimana ini!!!

Belum terima kenyataan, kami berdua memilih untuk diam sejenak di depan gerbang Coban Ondo sambil searching mencari destinasi lain yang bisa kami kunjungi sekitar sini, karena jujur tanggung banget kalau langsung pulang. Sewa motor mahal cui masa iya cuma satu tempat doang.

Tak lama kami menunggu, tiba-tiba kami dihampiri seorang bapak-bapak yang sepertinya petugas disini. Ya beruntungnya setelah sedikit berbincang, kami berdua diperbolehkan untuk masuk dan enaknya lagi tanpa harus membayar sepeserpun. Mashaallah rejeki bulan puasa.

Coban Ondo

Tanpa pikir panjang kami langsung memarkirkan motor dan bergegas masuk. Diluar ekspektasi saya, ternyata untuk sampai ke coban kita harus trekking kebawah berupa anak tangga yang terbuat dari batu alam. Yahhh mau gimana lagi sudah diberi kesempatan gini yo gas ae lah.

Kontur batuan disini cukup licin, jadi pijakan kaki harus betul-betul dijaga. Meleng sedikit batu siap mencium pantat yang tepos ini. Ditengah perjalanan anak tangga, kami disuguhi panorama yang cantik powl. Di tegah perjalanan juga disediakan beberapa kursi untuk tempat istirahat yang langsung menghadap view coban. Gak mau melewati momen, kami berdua duduk sebentar disana sembari mengatur nafas dan foto-foto pastinya.

Tanpa kami sadari ternyata kami diawasi oleh bapak tadi yang memberi izin masuk, dan kami langsung teringat pesannya untuk jangan berlama-lama. Baiklah karena cuaca juga sudah mulai gluduk kami mempercepat langkah menuruni anak tangga yang licin ini.

Kurang lebih 10 menit akhirnya kami berdua sampai di spot air terjun. Waw speechless banget sebagus itu tempatnya. Diluar ekspektasi lagi, ternyata disini ada dua spot air terjun yang sama-sama derasnya. Terlebih hanya kami berdua saat itu, jadi puas banget bisa teriak dan menikmati keindahan coban untuk kami berdua saja. 

Eits teringat kembali pesan bapak petugas tadi, ditambah langit yang mulai gelap dan berkali-kali gluduk, kami mempercepat untuk sesi dokumentasi sebanyak mungkin. 

Dan saat semua dirasa sudah cukup puas. Gak ada angin gak ada hujan saat kami bersiap untuk siap trekking kembali ke atas.

Jeng jeng jeng. “Duarr…..” 

Tiba-tiba hp teman perjalan saya terlepas dari genggamannya dan terbanting ke bebatuan anak tangga. Seketika kami berdua hening dan panik pastinya. KENAPA HARUS JATOH SI!!!

Mencoba untuk tetap waras, karena kami harus segera naik ke atas ditambah mengejar waktu karena terlihat dari awan yang sudah mulai gelap plus kondisi kami yang sedang puasa, membuat nafas dan overthinking kami tidak bisa terkondisikan. 

Sesampainya kami di atas, tanpa beristirahat dan pastinya setelah pamitan sama bapak tadi, kami langsung tancap gas kembali pulang untuk mencari tempat service di Malang. Singkat cerita hal buruk yang kami takutkan betul terjadi, hp teman perjalanan saya harus diganti LCDnya yang mana pastinya butuh keluar uang yang tidak sedikit. Aduhhh niat main cari ketenangan malah stress karna boncos.

Melakukan perjalanan saat bulan puasa kali ini banyak sekali pelajaran yang saya dapatkan. Mulai dari belajar untuk terus berhati-hati, berperilaku baik dan ingat tuhan adalah kunci setiap melakukan perjalanan dimanapun berada. Hal tersebut jelas bahwa, kita tidak tau apa yang akan terjadi di depan kita, dan ya semua bisa terjadi tanpa kita duga. 

Terus bersyukur dan tetap menjaga kewarasan adalah kunci penting yang saya dapatkan selama melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lainnya. Ini jelas karena hakikatnya sebuah perjalanan yang benar bukan sekedar untuk foya-foya melainkan mencari pengalaman dan pembelajaran dari setiap sudutnya. 

Baiklah next enaknya kemana lagi ya… 

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *