zona pelarian

TEKTOK MT LOROKAN PLUS COBAN, COCOK BUAT PEMULA

mt lorokan malang jawa timur

Setelah hectic magang dan ujian magang, it’s time to healing with teman perjalanan. Sebetulnya trip kali ini sudah kami rencanakan sejak trip terakhir ke cangar saat bulan puasa lalu. Sama-sama memiliki kesibukan di semester ini, akhirnya kami memutuskan untuk mewujudkannya saat semua penugasan kami selesai. 

Saking banyaknya wish list lokasi healing yang kami punya, sampai-sampai kami berencana untuk melakukan trip 4 hari berturut-turut (agak gila juga memang). Namun, keterbatasan waktu, kendaraan dan tenaga pastinya, akhirnya kami sepakat untuk melakukannya 2 hari saja dengan tujuan pertama yakni Mt. Lorokan. 

Ini dia sekilas cerita perjalanan kami tektok Mt. Lorokan yang pastinya dipenuhi hal absurd dan kocak untuk didengar. Selamat membaca…

Oke, walaupun trip ini bisa dibilang cukup memiliki persiapan waktu yang panjang dibanding trip yang lain. Lucunya sampai H-1 kami belum mendapatkan motor sewaan. Mulai dari kehabisan stok sampai di ghosting kang sewa motor, akhirnya kami mendapat pinjaman secara percuma oleh orang baik. 

Menuju Basecamp Mt. Lorokan

Tidak berniat mengejar sunrise namun masih berharap tidak dapat kabut, kami sepakat berangkat jam 7 pagi dari kota Malang. Oiya Mt. Lorokan ini letaknya tidak begitu jauh dari lokasi panorama petung sewu yang pernah kami jajal sebelumnya saat bulan puasa, tepatnya di daerah Kec. Pacet, Kab. Mojokerto. 

Setelah mengambil motor pinjaman dan mengisi bensin, kami langsung tancap gas menuju basecamp melalui jalan Batu-Cangar. Untungnya cuaca pagi ini terlihat sangat bersahabat, bagaimana tidak hari kemarin cukup membuat was-was dengan turun hujan yang deras sejak siang hingga malam hari.  

Perjalanan menuju basecamp kami pilih melalui jalur cangar karena lebih dekat, yang mana artinya melewati kawasan TAHURA Raden Soerjo yang kembali membuat kami sedikit senam jantung. 

Kurang lebih 1 jam-an perjalanan, akhirnya kami sampai di gerbang masuk basecamp Mt. Lorokan. Sepertinya cukup ramai orang berkemah di puncak terlihat dari banyaknya kendaraan bermotor dan mobil yang terparkir di lokasi pos perizinan.

Setelah memarkirkan motor dan mengurus perizinan dengan membayarkan tiket Rp 10.000/orang dan Rp 5.000/ kendaraan, waktunya kami memulai perjalanan di gerbang masuk rimba. Sebetulnya ada 2 jalur disini untuk sampai ke puncak, via rimba dan via coban. Mengikuti rekomendasi dari petugas dengan alasan jalanan yang lebih landai, kami memutuskan melalui via rimba untuk pergi dan melalui via coban untuk pulang.

Pendakian Mt. Lorokan

Sekitar pukul 08.26 kami memulai pendakian. Trekking menuju puncak tidak terlalu curam dan jalur juga sangat jelas dengan adanya penunjuk arah berupa tanda papan yang ada di setiap  simpangan. Memiliki ketinggian hanya 1100 mdpl, tidak butuh waktu lama untuk bisa sampai di puncak. Sekitar 30-45 menit perjalanan santai kami berdua sudah sampai di area puncak dan langsung disambut dengan hamparan perbukitan yang hijau indah. 

Tidak heran sesuai dengan reviewnya, gunung ini disebut sebagai gunung yang cocok untuk pemula, bisa tektok dan solo hiking, dan ya bisa saya simpulkan benar klaim tersebut.

Oke, setelah mencari spot yang dilihat cukup aman dari para monyet kami keluarkan bekal yang sudah kami beli dijalan dan menyantapnya sambil menikmati view hamparan bukit hijau di depan mata. 

Tanpa berlama-lama selagi masih cerah kami bergegas menuju spot tugu puncak, yang mana pastinya untuk abadikan momen sebelum kabut datang.  

Puas berswafoto, akhirnya benar saja kabut mulai datang dan kami memutuskan untuk makan terlebih kami belum sempat sarapan saat berangkat tadi. Oiya ada hal sedikit menyebalkan dan diluar dugaan kami, ternyata disini banyak berkeliaran monyet liar. Haduhh gimana ini.. 

Walaupun kata pengunjung lain monyet disini aman asal tidak diganggu, tapi ya mau gimana pun  kami berdua punya pengalaman jelek dikejar monyet pada perjalanan sebelumnya, dan tidak lucu kalau trip kali ini akan jadi kedua kalinya dikejar, yakan??

Eitss.. Tapi kenyataan tidak senikmat yang dibayangkan. Perut keroncongan kami hilang nafsu saat kami baru mengetahui bahwa lauk yang kami beli dijalan tadi ternyata basi. Duhh bisa-bisanya kondisi lagi lapar malah begini. Entah kenapa bisa begitu, padahal saat kami beli kondisi warung masih baru buka dan lauk masih baru matang. 

Pikir kami si mungkin akibat lauk yang masih panas langsung dibungkus plastik jadinya bau pengap, tapi gak tau juga si ya. Baiklah alhasil kami makan nasi dengan kerupuk untuk mengganjal lapar yang sudah sedikit hilang nafsu itu. 

Apakah kesialan kami berhenti disitu saja? Tidak mungkin, sedang asik-asiknya chill dan makan tiba-tiba hal yang kami takutkan diawal sampai beneran terjadi. Kalian tahu kan apa itu? Dari kejauhan dua ekor monyet mendekati tempat duduk kami dan sudah dipastikan kami berdua langsung kabur ketakutan bahkan sampai meninggalkan beberapa barang saking takutnya. 

Niat mencoba mengusir, pengunjung lain yang berada di tempat yang sama dengan kami melemparkan makanan berujung memperparah keadaan. Awalnya hanya dua ekor, setelah itu muncul segerombolan monyet dan berkumpul di tempat kami duduk makan. Aduhh sial banget!! mana tripod, kipas dan tisu kami tertinggal disana, entah lah sudah tidak terpikir gimana nasibnya. 

Kami menunggu para monyet tersebut pergi sambil memantau dengan was-was dari kejauhan. Menunggu momen yang pas, ya akhirnya kami bisa menyelamatkan kipas dan tripod. Kabar tisu-nya gimana? Ya sudah taulah jawabannya habis di koyak-koyak sama salah satu monyet padahal itu baru beli hiks. 

monyet di puncak mt lorokan 1100 mdpl

Setelah sedikit banyak senam jantung dengan permonyetan, kami lanjut chill di sebuah pohon yang disediakan tempat duduk di atasnya sambil ngonten tipis-tipis. Puas dengan menikmati setiap sudutnya, dan hari sudah mulai siang kami putuskan untuk pulang karena kita masih ada 2 destinasi coban, yaitu satu masih di kawasan yang sama dan satunya lagi di arah jalan pulang. 

Coban Dung Kepyur

Tidak hanya tujuan aktivitas mendaki saja. Dalam kawasan Mt. Lorokan juga terdapat situs air terjun yang bisa dikunjungi sekaligus. Jarak tempuh dari puncak ke coban memakan waktu kurang lebih sama seperti pendakian. Tapi saat itu kami memustuskan untuk beristirahat terlebih dahulu di warung yang berada pos 2 untuk menukarkan voucher minuman. Oiya fyi jadi biaya tiket pendakian lorokan sudah termasuk free minuman yang bisa ditukarkan dengan di pos 2. Pilihan minuman juga cukup beragam dan kita bebas memilih mau dingin atau hangat.

Setelah istirahat kurang lebih 10 menitan, kami melanjutkan perjalanan dan ya tidak lama kami sudah sampai dengan disambut papan selamat datang.

Debit air Coban Dung Kepyur tidak begitu deras, sehingga kita bisa menikmatinya sampai tepat dibawah air terjun itu berada. Air yang tenang, jernih, ditambah lokasinya yang dikelilingi pepohan yang rindang dan suara kicau burung yang lalu lalang, spot ini sangat cocok untuk mencari ketenangan. Disana juga terdapat jembatan yang membuat view coban semakin cantik untuk dipandang.

Lokasi coban ini berada memang tidak terlalu luas, dimana sebetulnya berada di pinggir jalan menuju puncak. Namun, beruntungnya saat sampai kami hanya berdua. Jadi terasa milik pribadi.

Oke puas dengan menikmati air dan pastinya ngonten, kami kembali melanjutkan perjalanan untuk ke destinasi berikutnya yakni Coban Watu Lumpang. 

Coban Watu Lumpang

Masih ingat cerita perjalanan saat bulan puasa lalu? yang mana kami gagal menjamahnya. Ya gak jauh dari lokasi Mt. Lorokan, yang mana masih di daerah Pacet arah jalan pulang ke Malang, kami kembali mencoba peruntungan kedua untuk menjamahnya.

Dari kejauhan kami melihat ada petugas yang berdiri di sekitar gerbang, dan itu tandanya adalah kabar baik. Setelah parkir dan bayar tiket sebesar 20k/oran kami langsung segera masuk kawasan coban. Tidak seperti Coban Watu Ondo yang harus trekking panjang anak tangga yang melelahkan, disini kita sudah dapat dengan mudah dan cepat menikmati Coban watu Lumpang hanya dengan berjalan kurang lebih dari 1 menit saja.

Sama seperti Dung Kepyur, debit air disini juga terbilang tidak terlalu deras tapi jernih. Hal yang menarik dari coban ini, menurut saya ada di bentuk cobannya, yakni seperti tirai, karna airnya yang jatuh pada batuan yang bertingkat-tingkat. Dibawah coban juga terdapat aliran kolam kecil yang dangkal, dimana kita bisa main air atau sekedar rendam kaki disana.

Setelah puas mengabadikan momen dan melepas penat. Kami putuskan untuk pulang, karena seperti pada niat diawal ini akan menjadi trip 2 hari.

Kira-kira besok enaknya kemana ya?

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *